Indahnya Kebersamaan |
Kerukunan antar umat beragama dapat diwujudkan dengan adanya saling
tenggang rasa, saling menghargai, toleransi
antar umat beragama, tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu,
melaksanakan ibadah sesuai dengan agamanya setiap individu, dan mematuhi
peraturan keagamaan baik dalam Agamanya maupun peraturan Negara. Kerukunan merupakan kebutuhan bersama yang tidak dapat
dihindarkan di Tengah perbedaan.
Negara Indonesia memiliki banyak agama, diantaranya agama Kristen,
Islam, Hindu, Buddha dan agama – agama lainnya. Banyaknya agama yang ada,
sehingga muncullah berbagai pandangan yang mengatakan bahawa agamanyalah yang
benar, yang mengklaim kebenaran agamanya, sehingga umat agama lain dipandangnya
lebih rendah. Manusia beragama selalu merasa dirinyalah yang benar diantara
yang lainnya. Hubungan seperti inilah yang dapat menyebabkan munculnya
tindakan-tindakan kekerasan oleh manusia beragama dengan mengatas namakan
Allah, tetapi yang sesungguhnya dilakukan atas dasar kebenarannya sendiri.
Oleh sebab itu, semua orang membutuhkan perdamaian, meskipun ada banyak
perbedaan yang perlu untuk diperhatikan dalam mencapai perdamaian tersebut. Damai
memiliki arti yaitu tidak ada kerusuhan, tidak ada permusuhan, tidak ada
perusakan, tidak ada saling membunuh. Damai yang tetap menghargai nilai-nilai
dari masing masing agama, tanpa ada paksaan atau rekayasa untuk menyeragamkan,
atau menjadikannya sama.
pembakaran gereja |
Fenomena yang terjadi
saat ini yaitu adanya kekerasan dan kerusuhan di mana – mana. Indonesia banyak
terjadi kerusuhan antar umat beragama, banyak konflik religius yang terjadi
seperti pembakaran rumah ibadah gereja, masjid, dan tempat – tempat ibadah
lainnya yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab dan tak dikenal,
adanya kerusuhan antar umat beragama, dan konflik yang lainnya.
Kejadian seperti
ini sangat memprihatinkan bagi masa depan bangsa Indonesia nantinya.
pembakaran masjid |
kerusuhan antar suku |
Semua agama memiliki prinsip yang
sama, yaitu mengajarkan tentang kedamaian, toleransi kepada sesama umat
beragama dan hidup saling berdampingan antara satu dengan yang lainnya dengan
rukun dna harmonis. Agama merupakan usaha manusia untuk menjawab setiap
kekhawatiran manusia atas masalah yang ada dalam hidupnya, secara etimologi
agama merupakan pembawa keteraturan, karena sifatnya tidak kacau. Setiap pemeluk
agama, sebainya dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk sesuai
dengan konteks yang sedang ia hadapi, ketaatan dan kepercayaan itu dituangkan
ke dalam agamanya diseimbangkan dengan pengetahuan yang benar, supaya dalam
pelaksanaannya tidak membabi buta tanpa memikirkan orang lain.
Tugas setiap agama yang
ada saat ini adalah harus menciptakan perdamaian diantara mereka sendiri, agar
dapat menghilangkan kesalahpahaman bersama. Dalam agama Kristen didalam Alkitab
disebutkan “ Kasihilah Tuhan,Allahmu, dengan
segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan
dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri.” (Lukas 10:27) sedangkan bagi Islam dalam kitab sucinya dituliskan
“Tak seorangpun diantara kamu yang beriman sepanjang tidak mempercayai
saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri” (Empat Puluh Hadits
Namawi 13).
kerusuhan mahasiswa |
Situasi masyarakat
Indonesia saat ini dilanda krisis, yang penuh dengan korupsi, kerusakan
lingkungan, diskriminasi sosial, pelanggaran HAM, ketertidasan dan kemelaratan
yang dialami orang-orang yang miskin, serta sikap acuh tak acuh terhadap
penderitaan orang lain dan setiap orang merindukan yang namanya perdamaian. Saat
kekerasan menjadi kebiasaan dimulai dari peperangan, teror, diskriminasi,
penindasan dan ketidakpedulian terhadap satu sama lain menjadi damai bukankah
itu sebuah cita – cita yang indah bagi setiap individu.
Disinilah peranan
agama hadir dan berperan. Umat beragama tidak hanya sebagai pemberi komentar
dan kritik untuk menganggapi masalah yang sedang dihadapi oleh Indonesia,
melainkan umat beragama sebagai pembawa solusi yang baik dan bermanfaat. Kita sebagai
umat Tuhan, marilah kita meningkatkan dan mengembangkan pola hidup dan
pelayanan bersama antar Gereja Tuhan, bekerja sama dengan semua lapisan
masyarakat, dan semua golongan umat beragama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan bersama dengan pemerintah dalam membangun masa depan bersama –
sama. Kita harus mengembangkan suatu kehidupan beragama dalam masyarakat
Pancasila yang saling menghormati, saling menghargai, saling memberi ketenangan
dan kesempatan untuk masing-masing beribadah menurut agama dan kepercayaannya. Dan
setiap indivivu seharusnya menyadari bahwa nilai – nilai kebersamaan sangatlah
penting ditanamkan pada setiap manusiam sehingga setiap pribadi menyadari dalam
dirinya bahwa setiap umat beragama saling membutuhkan satu dengan yang lainnya
bukanlah hal yang mudah, seperti yang dinyatkan pleh Paul. F. Knitter umat
beragama mulai terbuka satu sama lain, saling mendengar akan masalah orang
lain, serta kerelaan setiap agama untuk jujur kepada kecurigaan yang
dipendamnya terhadap pemeluk agama lain dalam kehidupan bersama. Sehingga dalam
mencapai pembangunan bangsa yang adil dan damai baik di bidang ekonomi,
politik, hukum, budaya, bahkan agama, dibutuhkan kesadaran pribadi yang
bersumber dari penghayatan terhadap diri sendiri.
Peran agama besar
pengaruhnya bagi masyarakat untuk dapat menanggalkan perasaan curiga, saling
menyalahkan, dan tidak percaya. Perbedaan SARA sebenarnya dapat menjadi
kekuatan, kekuatan yang tidak dapat dinilai harganya demi terwujudnya
perdamaian antar umat beragama. Ketegangan akan muncul ketika setiap golongan
hanya mementingkan golongannya sendiri. Beberapa peran dari agama yang
ditanamkan oleh agama – agama dalam proses pembangunan yaitu, mempengaruhi isi
dna bentuk pembangunan, dan melakukan pembangunan yang kritis dan realistis.
Menurut analisa saya, bahawa setiap
agama memiliki tujuan yang sama untuk mencapai perdamaian yaitu dengan kebaikan
yang dilakukan melalui kasih. Kasih memberikan rasa aman dan nyaman, damai
sejahtera kepada orang lain dan membantu menolong orang lain,
Dalam agama Kristen 22 : 37 – 39 "Kasihilah Tuhan,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap
akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.Dan hukum yang kedua,
yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri.”
Dalam kitab suci Islam, ditegaskan “Sekiranya
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka akan lari dari
lingkunganmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan
bermasyurlah dengan mereka dalam segala urusan. (QS Ali Imran 3:159)”.
Dalam Hindu, Agama
Hindu adalah agama Wahyu dan agama alami. Oleh karena itu, ia adalah agama
Cinta Kasih. Agama yang amat luwes, agama yang berdasarkan pada Cinta Kasih,
agama yang memiliki tujuan Cinta Kasih, dan juga agama yang dijalankan di dalam
Cinta Kasih. Agama Hindu amat mementingkan pengembangan cinta kasih bukan hanya
kepada sesama umat manusia tetapi kepada sesama makhluk hidup. Cinta kasih
kepada sesama anggota keluarga, kepada sesama umat manusia tidak dipandang
sebaga cinta kasih yang istimewa. Kesadaran bahwa seluruh dunia adalah sebuah
keluarga besar sangat membantu orang untuk mengembangkan cinta kasih universal
ini.Dia adalah puncak cinta kasih di dunia ini, merupakan landasan penting untuk
mengembangkan Prema Bhakti atau cinta kasih rohani kepada Tuhan yang Maha Esa.
Cinta kasih universal dalam beberapa kitab suci disebutkan sebagai ciri, hiasan
dan sifat-sifat agung orang-orang suci atau para Sadhu. Titiksavah
karunikahsuhrdah sarva-dehinamajata-satravah santahsadhavah sadhu-bhusanah
Ciri-ciri atau hiasan dari seorang Sadhu atau orang
suci adalah ia harus memiliki sifat-sifat senantiasa damai, memiliki toleransi
besar, penuh karunia, bersifat berteman dengan seluruh makhluk hidup, tidak mempunyai
musuh, hidupnya selalu didasarkan pada kitab suci dan segala kepribadiannya
terpuji. Yajur Veda juga menegaskan hal yang sama:mitrasya ma caksusa sarvani
bhutani samiksantamamitrasyaham caksusa sarvani bhutani samiksemitrasya caksusa
samiksyamahe
“Semoga semua makhluk hidup melihatku dengan
pandangan sebagai teman, semoga aku melihat semua makhluk hidup dengan
pandangan sebagai seorang teman, semoga kami melihat satu sama lainnya dengan
pandangan sebagai seorang teman.”
Panggilan damai dalam
mengasihi sesama itu menjadi perhatian besar dalam Kitab Suci. Sehingga dapat
dikatakan agama berperan penting dalam menciptakan masyarakat yang damai. Dalam
hal ini juga upaya yang harus dilakukan untuk menciptakan masyarakat yang damai
yaitu dengan mengurangi kekerasan tanpa adanya praktek kekerasan. Dibutuhkan
sikap yang saling terbuka dan toleransi dalam memandang saudara – saudara yang
berbeda agama dan sama – sama mencari apa yang menjadi tujuan bersama, dengan
sikap terbuka maka dapat menerima dna menghargai kehadiran umat beragama
lainnya.
Kis. 17:23 agama-agama non-Kristen dapat
dipandang dengan hormat sebagai Kristen tanpa nama (Kristen anonim). Dan gereja
merupakan barisan terdepan secara historis untuk mewujudkan kerajaan Allah.
Ketika
agama-agama dapat hidup berdampingan dengan penuh ketulusan dan saling percaya
dengan didasarkan pada rasa persaudaraan dan cinta asih, sehingga
permasalahan-permasalahan baik itu keeklusivan, fundamentalisme agama,
kecurigaan bahkan konflik yang terjadi dalam bdang politik, ekonomi,
bahkan hukum dalam bangsa ini dapat diselesaikan dan dapat ditemukan solusi
yang terbaik untuk mengeluarkan bangsa ini dari berbagai macam krisis dalam
rangka mewujudkan perdamaian di bumi Indonesia yang tercinta ini.
Abul A’la Al-Maududi, Pokok-Pokok
Pandangan Hidup Muslim, Jakarta: Media Dak’wah, 1996,
Andreas A. Yewangoe, Pendamaian,
Jakarta: BPK-GM, 1983
Berger .Peter L., Piramida
Korban Manusia, Etika Politik Dan Perubahan Sosial,Jakarta: LP3ES, 1982
D. Hendropuspito, Sosiologi
Agama, Jakarta: BPK GM, 1990
Efendi (art), “Dialog Islam dan kristen
Dalam Perspektif Sejarah Islam” dalam Eka Darmaputra (peny.), Strunggling
In Hope, Bergumul Dalam Pengharapan, Jakarta: BPK-GM, 2001
Goppelt, Leonhard, Theology Of
The New Testament, Vol. II, trans, Jhon E. Alshup editor Roloff,
Jurgen, Michigan: Wm. B. Erdemand, 1982
Guthrie, Donald, Teologi
Perjanjian Baru 2, Jakarta: BPK-GM, 1996
H. Dadang Kahmad, Sosiologi
Agama, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000
H.M. Arifin, Menguak Misteri
Ajaran Agama-Agama Besar, Jakarta: Golden Press, 19
Harianto, I., (ed), Melangkah
Dari Reruntuhan Tragedi Situbondo, Jakarta: Grasindo, 1998
J. Douglas, Ensiklopedi
Alkitab Masa Kini I (A-M), Jakarta: YKBK/OMF, 2008
Liem Khiem Yang, Kebenaran
Allah Lawan Kebenaran Sendiri, Jakarta: BPK-GM, 2002
Magnissuseno, Franz, Agama,
dapatkah Dibangun suatu ketulusan Antara mereka, dalam B. Keiser (ed), Tulus
Seperti Merpati Licik Seperti Ular,Yogyakarta: Kanisius, 2002
Mahendra, Yusril Ihja, “Fundamentalisme
Faktor Dan Masa Depannya”, dalam Rekonstruksi Dan renungan Religius
Islam, Jakarta: Paramadino, 1996
Manurung Kaleb, “Pluralisme
Sebagai Dasar Etika Bersama”, dalam Pluralisme (edisi 15), Medan: STT
Abdi sabda, 2006
Muhammad Iqbal, & William Hunt, Ensiklopedi
Ringkas Tentang Islam, Jakarta: Taramedia, 2003
Poerwadarminta, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996
Rahlfs D., Septuaginta,
Stuttgart: Deutsche Bibel Gesellschaft, 1997
Robert M. Paterson, Tafsiran
Alkitab Imamat, Jakarta: BPK-GM, 1994
Sairin, Weinata, Pesan-pesan
Kenabian Di Pusaran Zaman, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002
Setio, Robert, “Teks Perang” dalam
konteks Perang” dalam Forum Biblika (edisi 16), Jakarta: LAI, 2004
Sumartana, Th., Dialog,
Kritik Dan Identitas Agama, Jakarta: BPK-GM, 1996
Syamsul Rizal, Buku Pintar
Agama Islam, Bogor: Penebar Salam , 2002
Syekh Mahmud Syal Tut, Akikah
dan Syari’ah Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1985
Tallas, T.H., Pengantar Studi
Ilmu Perbandingan Agama, Jakarta: Galura Pase, 2006
Yewangoe, A. A., Iman, Agma,
Dan Masyarakat, Jakarta:BPK-GM, 2003, hlm. 159
Zaman, Ali Noer, Agama Untuk
Manusia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000