Selasa, 27 Oktober 2015

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA




Indahnya Kebersamaan
Kerukunan antar umat beragama dapat diwujudkan dengan adanya saling tenggang rasa, saling menghargai, toleransi antar umat beragama, tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu, melaksanakan ibadah sesuai dengan agamanya setiap individu, dan mematuhi peraturan keagamaan baik dalam Agamanya maupun peraturan Negara. Kerukunan merupakan kebutuhan bersama yang tidak dapat dihindarkan di Tengah perbedaan.
Negara Indonesia memiliki banyak agama, diantaranya agama Kristen, Islam, Hindu, Buddha dan agama – agama lainnya. Banyaknya agama yang ada, sehingga muncullah berbagai pandangan yang mengatakan bahawa agamanyalah yang benar, yang mengklaim kebenaran agamanya, sehingga umat agama lain dipandangnya lebih rendah. Manusia beragama selalu merasa dirinyalah yang benar diantara yang lainnya. Hubungan seperti inilah yang dapat menyebabkan munculnya tindakan-tindakan kekerasan oleh manusia beragama dengan mengatas namakan Allah, tetapi yang sesungguhnya dilakukan atas dasar kebenarannya sendiri. Oleh sebab itu, semua orang membutuhkan perdamaian, meskipun ada banyak perbedaan yang perlu untuk diperhatikan dalam mencapai perdamaian tersebut. Damai memiliki arti yaitu tidak ada kerusuhan, tidak ada permusuhan, tidak ada perusakan, tidak ada saling membunuh. Damai yang tetap menghargai nilai-nilai dari masing masing agama, tanpa ada paksaan atau rekayasa untuk menyeragamkan, atau menjadikannya sama.


pembakaran gereja
Fenomena yang terjadi saat ini yaitu adanya kekerasan dan kerusuhan di mana – mana. Indonesia banyak terjadi kerusuhan antar umat beragama, banyak konflik religius yang terjadi seperti pembakaran rumah ibadah gereja, masjid, dan tempat – tempat ibadah lainnya yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab dan tak dikenal, adanya kerusuhan antar umat beragama, dan konflik yang lainnya.

Kejadian seperti ini sangat memprihatinkan bagi masa depan bangsa Indonesia nantinya.

pembakaran masjid

kerusuhan antar suku
                                                                                                                       
Semua agama memiliki prinsip yang sama, yaitu mengajarkan tentang kedamaian, toleransi kepada sesama umat beragama dan hidup saling berdampingan antara satu dengan yang lainnya dengan rukun dna harmonis. Agama merupakan usaha manusia untuk menjawab setiap kekhawatiran manusia atas masalah yang ada dalam hidupnya, secara etimologi agama merupakan pembawa keteraturan, karena sifatnya tidak kacau. Setiap pemeluk agama, sebainya dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk sesuai dengan konteks yang sedang ia hadapi, ketaatan dan kepercayaan itu dituangkan ke dalam agamanya diseimbangkan dengan pengetahuan yang benar, supaya dalam pelaksanaannya tidak membabi buta tanpa memikirkan orang lain.

                      Tugas setiap agama yang ada saat ini adalah harus menciptakan perdamaian diantara mereka sendiri, agar dapat menghilangkan kesalahpahaman bersama. Dalam agama Kristen didalam Alkitab disebutkan “ Kasihilah Tuhan,Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Lukas 10:27) sedangkan bagi Islam dalam kitab sucinya dituliskan “Tak seorangpun diantara kamu yang beriman sepanjang tidak mempercayai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri” (Empat Puluh Hadits Namawi 13).

kerusuhan mahasiswa
      Situasi masyarakat Indonesia saat ini dilanda krisis, yang penuh dengan korupsi, kerusakan lingkungan, diskriminasi sosial, pelanggaran HAM, ketertidasan dan kemelaratan yang dialami orang-orang yang miskin, serta sikap acuh tak acuh terhadap penderitaan orang lain dan setiap orang merindukan yang namanya perdamaian. Saat kekerasan menjadi kebiasaan dimulai dari peperangan, teror, diskriminasi, penindasan dan ketidakpedulian terhadap satu sama lain menjadi damai bukankah itu sebuah cita – cita yang indah bagi setiap individu.



Disinilah peranan agama hadir dan berperan. Umat beragama tidak hanya sebagai pemberi komentar dan kritik untuk menganggapi masalah yang sedang dihadapi oleh Indonesia, melainkan umat beragama sebagai pembawa solusi yang baik dan bermanfaat. Kita sebagai umat Tuhan, marilah kita meningkatkan dan mengembangkan pola hidup dan pelayanan bersama antar Gereja Tuhan, bekerja sama dengan semua lapisan masyarakat, dan semua golongan umat beragama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan bersama dengan pemerintah dalam membangun masa depan bersama – sama. Kita harus mengembangkan suatu kehidupan beragama dalam masyarakat Pancasila yang saling menghormati, saling menghargai, saling memberi ketenangan dan kesempatan untuk masing-masing beribadah menurut agama dan kepercayaannya. Dan setiap indivivu seharusnya menyadari bahwa nilai – nilai kebersamaan sangatlah penting ditanamkan pada setiap manusiam sehingga setiap pribadi menyadari dalam dirinya bahwa setiap umat beragama saling membutuhkan satu dengan yang lainnya bukanlah hal yang mudah, seperti yang dinyatkan pleh Paul. F. Knitter umat beragama mulai terbuka satu sama lain, saling mendengar akan masalah orang lain, serta kerelaan setiap agama untuk jujur kepada kecurigaan yang dipendamnya terhadap pemeluk agama lain dalam kehidupan bersama. Sehingga dalam mencapai pembangunan bangsa yang adil dan damai baik di bidang ekonomi, politik, hukum, budaya, bahkan agama, dibutuhkan kesadaran pribadi yang bersumber dari penghayatan terhadap diri sendiri.
Peran agama besar pengaruhnya bagi masyarakat untuk dapat menanggalkan perasaan curiga, saling menyalahkan, dan tidak percaya. Perbedaan SARA sebenarnya dapat menjadi kekuatan, kekuatan yang tidak dapat dinilai harganya demi terwujudnya perdamaian antar umat beragama. Ketegangan akan muncul ketika setiap golongan hanya mementingkan golongannya sendiri. Beberapa peran dari agama yang ditanamkan oleh agama – agama dalam proses pembangunan yaitu, mempengaruhi isi dna bentuk pembangunan, dan melakukan pembangunan yang kritis dan realistis.


Menurut analisa saya, bahawa setiap agama memiliki tujuan yang sama untuk mencapai perdamaian yaitu dengan kebaikan yang dilakukan melalui kasih. Kasih memberikan rasa aman dan nyaman, damai sejahtera kepada orang lain dan membantu menolong orang lain,
Dalam agama Kristen 22 : 37 – 39 "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Dalam kitab suci Islam, ditegaskan “Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka akan lari dari lingkunganmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermasyurlah dengan mereka dalam segala urusan. (QS Ali Imran 3:159)”.
Dalam Hindu, Agama Hindu adalah agama Wahyu dan agama alami. Oleh karena itu, ia adalah agama Cinta Kasih. Agama yang amat luwes, agama yang berdasarkan pada Cinta Kasih, agama yang memiliki tujuan Cinta Kasih, dan juga agama yang dijalankan di dalam Cinta Kasih. Agama Hindu amat mementingkan pengembangan cinta kasih bukan hanya kepada sesama umat manusia tetapi kepada sesama makhluk hidup. Cinta kasih kepada sesama anggota keluarga, kepada sesama umat manusia tidak dipandang sebaga cinta kasih yang istimewa. Kesadaran bahwa seluruh dunia adalah sebuah keluarga besar sangat membantu orang untuk mengembangkan cinta kasih universal ini.Dia adalah puncak cinta kasih di dunia ini, merupakan landasan penting untuk mengembangkan Prema Bhakti atau cinta kasih rohani kepada Tuhan yang Maha Esa. Cinta kasih universal dalam beberapa kitab suci disebutkan sebagai ciri, hiasan dan sifat-sifat agung orang-orang suci atau para Sadhu. Titiksavah karunikahsuhrdah sarva-dehinamajata-satravah santahsadhavah sadhu-bhusanah
Ciri-ciri atau hiasan dari seorang Sadhu atau orang suci adalah ia harus memiliki sifat-sifat senantiasa damai, memiliki toleransi besar, penuh karunia, bersifat berteman dengan seluruh makhluk hidup, tidak mempunyai musuh, hidupnya selalu didasarkan pada kitab suci dan segala kepribadiannya terpuji. Yajur Veda juga menegaskan hal yang sama:mitrasya ma caksusa sarvani bhutani samiksantamamitrasyaham caksusa sarvani bhutani samiksemitrasya caksusa samiksyamahe
Semoga semua makhluk hidup melihatku dengan pandangan sebagai teman, semoga aku melihat semua makhluk hidup dengan pandangan sebagai seorang teman, semoga kami melihat satu sama lainnya dengan pandangan sebagai seorang teman.”


Panggilan damai dalam mengasihi sesama itu menjadi perhatian besar dalam Kitab Suci. Sehingga dapat dikatakan agama berperan penting dalam menciptakan masyarakat yang damai. Dalam hal ini juga upaya yang harus dilakukan untuk menciptakan masyarakat yang damai yaitu dengan mengurangi kekerasan tanpa adanya praktek kekerasan. Dibutuhkan sikap yang saling terbuka dan toleransi dalam memandang saudara – saudara yang berbeda agama dan sama – sama mencari apa yang menjadi tujuan bersama, dengan sikap terbuka maka dapat menerima dna menghargai kehadiran umat beragama lainnya.

Kis. 17:23 agama-agama non-Kristen dapat dipandang dengan hormat sebagai Kristen tanpa nama (Kristen anonim). Dan gereja merupakan barisan terdepan secara historis untuk mewujudkan kerajaan Allah.
            Ketika agama-agama dapat hidup berdampingan dengan penuh ketulusan dan saling percaya dengan didasarkan pada rasa persaudaraan dan cinta asih, sehingga permasalahan-permasalahan baik itu keeklusivan, fundamentalisme agama, kecurigaan bahkan konflik yang  terjadi dalam bdang politik, ekonomi, bahkan hukum dalam bangsa ini dapat diselesaikan dan dapat ditemukan solusi yang terbaik untuk mengeluarkan bangsa ini dari berbagai macam krisis dalam rangka mewujudkan perdamaian di bumi Indonesia yang tercinta ini.



DAFTAR PUSTAKA :

Abul A’la Al-Maududi, Pokok-Pokok Pandangan Hidup Muslim, Jakarta: Media Dak’wah, 1996,
Andreas A. Yewangoe, Pendamaian, Jakarta: BPK-GM, 1983
Berger .Peter L., Piramida Korban Manusia, Etika Politik Dan Perubahan Sosial,Jakarta: LP3ES, 1982
D. Hendropuspito, Sosiologi Agama, Jakarta: BPK GM, 1990
Efendi (art), “Dialog Islam dan kristen Dalam Perspektif Sejarah Islam” dalam Eka Darmaputra (peny.), Strunggling In Hope, Bergumul Dalam Pengharapan, Jakarta: BPK-GM, 2001
Goppelt, Leonhard, Theology  Of The New Testament, Vol. II, trans, Jhon E. Alshup editor Roloff, Jurgen, Michigan: Wm. B. Erdemand, 1982
Guthrie, Donald, Teologi Perjanjian Baru 2, Jakarta: BPK-GM, 1996
H. Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000
H.M. Arifin, Menguak Misteri Ajaran Agama-Agama Besar, Jakarta: Golden Press, 19
Harianto, I., (ed), Melangkah Dari Reruntuhan Tragedi Situbondo, Jakarta: Grasindo, 1998
J. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini I (A-M), Jakarta: YKBK/OMF, 2008
Liem Khiem Yang, Kebenaran Allah Lawan Kebenaran Sendiri, Jakarta: BPK-GM, 2002
Magnissuseno,  Franz, Agama, dapatkah Dibangun suatu ketulusan Antara mereka, dalam B. Keiser (ed), Tulus Seperti Merpati Licik Seperti Ular,Yogyakarta: Kanisius, 2002
Mahendra, Yusril Ihja, “Fundamentalisme Faktor Dan Masa Depannya”, dalam Rekonstruksi Dan renungan Religius Islam, Jakarta: Paramadino, 1996
Manurung Kaleb, “Pluralisme Sebagai Dasar Etika Bersama”, dalam Pluralisme (edisi 15), Medan: STT Abdi sabda, 2006
Muhammad Iqbal, & William Hunt, Ensiklopedi Ringkas Tentang Islam, Jakarta: Taramedia, 2003
Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996
Rahlfs D., Septuaginta, Stuttgart: Deutsche Bibel Gesellschaft, 1997
Robert  M. Paterson, Tafsiran Alkitab Imamat, Jakarta: BPK-GM, 1994
Sairin, Weinata, Pesan-pesan Kenabian Di Pusaran Zaman, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002
Setio, Robert, “Teks Perang”  dalam konteks Perang” dalam Forum Biblika (edisi 16), Jakarta: LAI, 2004
Sumartana, Th., Dialog, Kritik Dan Identitas Agama, Jakarta: BPK-GM, 1996
Syamsul Rizal, Buku Pintar Agama Islam, Bogor: Penebar Salam , 2002
Syekh Mahmud Syal Tut, Akikah dan Syari’ah Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1985
Tallas, T.H., Pengantar Studi Ilmu Perbandingan Agama, Jakarta: Galura Pase, 2006
Yewangoe, A. A., Iman, Agma, Dan Masyarakat, Jakarta:BPK-GM, 2003, hlm. 159
Zaman, Ali Noer, Agama Untuk Manusia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000


12 komentar:

  1. wah sangat menginspirasi sis , keep posting ! thankss...

    BalasHapus
  2. Pandangan yg bagus. Artikel yg menginspirasi. Love peace. Hehe. Thankyou sis

    BalasHapus
  3. Yup, agama harusnya bikin tambah akur bukan tambah berkelahi.

    BalasHapus
  4. Yup, agama harusnya bikin tambah akur bukan tambah berkelahi.

    BalasHapus
  5. So inspire.. keep calm n love peace..

    BalasHapus
  6. thankyou infonyaa kk, dgn ini saya bisa tahu betapa pentingnya agama itu jika digunakan dengan cara yg benar ;)

    BalasHapus
  7. Penjelasannya gampang dimengerti, dan membangun :) Thank you, buat infonya.

    BalasHapus
  8. Sangat menginspirasi sekalii artikel ini, good job !! GOD BLESS YOU

    BalasHapus
  9. Betul skali tuuh.. Sbgai umat beragama hrs saling menghargai dan menghormati, jd damai bsa terwujud..

    BalasHapus
  10. Betul skali tuuh.. Sbgai umat beragama hrs saling menghargai dan menghormati, jd damai bsa terwujud..

    BalasHapus
  11. Bagus. Semoga kita scr pribadi bs menjadi contoh trsbt. Dan membuktikan scr lgsg sperti apa kita bersikap.

    BalasHapus